Filosofi film 99 cahaya di langit eropa

Filosofi Film 99 Cahaya di Langit Eropa yang Sarat Makna

Generasi mileneal kerapa kali menggembor-gemborkan acara nge-trip. Ada yang memang sekedar mencari pelarian dari penatnya aktivitas, ada yang sekedar mengejar gengsi, ada pula yang cuma sekedar cari spot foto. Bagi kamu yang cuma sekedar ingin cari spot foto atau mengejar gengsi, alangkah baiknya kamu kembali menonton dan menelaah filosofi film 99 Cahaya di Langit Eropa. Film besutan sutradara Guntur Soeharjanto ini dirilis oleh Maxima Pictures pada tahun 2013.

Film ini mengisahkan kehidupan Hanum yang menemani sang suami melanjutkan studi di Vienna, Austria. Selama di Vienna, Hanum dan Rangga menemukan banyak hal yang tak terduga mengenai agama islam. Sekalipun film ini sudah cukup lama, tapi film ini akan membuka matamu kalau nge-trip itu bukan sekedar foto, foto, dan foto. Buat kamu yang ngaku petualang sejati, yuk disimak!

1. Filosofi Film 99 Cahaya di Langit Eropa: Menjelajah Itu Perlu untuk Menemukan Sudut Pandang Baru

Filosofi film 99 cahaya di langit eropa
via tandapagar.com

Masih ingat dengan adegan Fatma yang justru membayar makanan orang-orang yang telah menghina peradaban Turki? Bukannya marah karena negaranya telah dihina, justru Fatma malah berbaik hati membayarkan makanan mereka. Dikala Hanum hendak menegur mereka, dengan sigap Fatma mencegah Hanum.

Fatma justru berbaik hati pada orang yang telah menyakitinya, berbeda dengan Hanum yang sudah tersulut emosi. Hanum tidak habis fikir kenapa Fatma bisa sebaik itu. Namun Fatma ingin membuktikan bahwa muslim bukan agama yang mengajarkan kekerasan. Justru Fatma ingin membuktikan bahwa Islam adalah agama yang lembut serta penuh kasih.

Dari sinilah kamu bisa belajar tentang filosofi film 99 Cahaya di Langit Eropa. Bahwa nge-trip adalah saat yang tepat untuk menemukan orang dengan cara pandang yang berbeda denganmu. Semakin banyak kamu bertemu dengan orang-orang baru, semakin banyak pula sudut pandang yang kamu jumpai. Semakin banyak sudut pandang yang kau jumpai, semakin luas pula pemikiranmu. Yuk kemas barangmu, temuilah orang-orang baru di luar sana!

2. Pergi Jauh untuk Mengenal Betapa Menakjubkannya Ciptaan Tuhan

Filosofi film 99 cahaya di langit eropa
via kapanlagi.com

Menurut kamu apa saja yang didapat Rangga dan Hanum selama berkeliling Eropa? Foto? Oleh-oleh? Bukan! Mereka justru semakin menyadari betapa menakjubkannya ciptaan Tuhan. Semakin jauh Hanum dan Rangga berkelana, semakin jauh pula mereka mengerti akan kekuasaan Tuhan.

Hakikat sebuah perjalanan sesungguhnya bukan apa yang kamu lihat dengan matamu, tapi apa yang kamu rasakan dengan hatimu. Ketika kamu menemukan banyak hal menakjubkan, siapa yang ada di balik semua ini? Tuhanmu! Pergilah hingga ke ujung dunia agar kamu bisa melihat betapa menakjubkannya ciptaan Tuhan.

3. Nge-Trip Akan Membuka Wawasanmu Tentang Hal yang Tidak Diketahui Banyak Orang

Filosofi film 99 cahaya di langit eropa
via sidomi.com

Masih ingat betapa terkejutnya Hanum ketika Marion menunjukkan lafadz La Illaha Ilallah pada lukisan Bunda Maria? Atau kamu masih ingat fakta yang ditunjukkan Marion kepada Hanum mengenai Arch de Triomphe, Obelist Monument, Louvre Museum yang dibangun mengikuti garis lurus menuju Kakbah?

Fakta-fakta mencengangkan memang akan selalu kamu temui di setiap perjalananmu. Bahkan kemungkinan besar fakta-fakta itu justru jarang diketahui oleh banyak orang. Setiap tempat baru yang kamu kunjungi selalu memiliki keunikan tersendiri. Ayo berhemat, siapkan rencana liburan, dan temukan fakta mengejutkan!

4. Pergi Jauh Akan Membuatmu Mensyukuri Hal-hal Kecil yang Ada di Rumahmu

Filosofi film 99 cahaya di langit eropa
via kapanlagi.com

Menjalani kehidupan sebagai seorang muslim di Eropa bukan hal yang mudah. Jangankan masalah pekerjaan, masalah remeh seperti makan dan ibadah pun sulit dilakukan. Terbukti dari Rangga yang harus kesusahan mencari makan karena hanya daging babi yang tersisa di kafetaria. Tentu saja sebagai seorang muslim Rangga tak mungkin makan daging babi. Belum lagi untuk urusan ibadah yang semakin ribet. Rangga harus berwudhu di sebuah wastafel. Ia juga harus shalat di dalam ruang toleransi, dimana tempat itu juga digunakan umat agama lain untuk beribadah.

Saat kamu pergi ke tempat yang jauh dari rumah dengan kebudayaan yang berbeda, kamu akan mengingat betapa berharganya hal-hal kecil di rumah. Meski hanya semangkuk nasi tentu itu akan sangat berharga ketika kamu pergi ke Afrika yang menjadikan umbi sebagai makanan pokok.

Hal-hal kecil yang kamu rindukan dari rumah akan istimewa ketika kamu pergi jauh. Jadi nge-triplah sejauh mungkin untuk merasakan rindu akan hal-hal kecil di rumah. Kelak ketika kamu kembali, kamu akan menghargai betapa nikmatnya hal-hal kecil yang selama ini kamu remehkan.

Nah, itu dia tadi filosofi film 99 Cahaya di Langit Eropa yang memberikan pencerahan tentang bagaimana sebaiknya kita memaknai sebuah perjalanan. Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

six − two =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.