Tokoh anti korupsi berperan sebagai panutan yang menyebarluaskan gerakan kontra korupsi. Jika negara hancur karena ulah para koruptor di Indonesia, sudah seharusnya diberlakukan hukuman serius yang menimbulkan efek jera. Seiring bergantinya rezim, para pemimpin malah tambah berani untuk melakukan korupsi. Sepertinya mereka tak punya malu sudah makan uang rakyat. Ini harus jadi pelajaran agar di masa depan tidak ditemukan kasus serupa. Yuk kita belajar dari tokoh kontra korupsi ini, beliau-beliau menjalankan tugas tanpa terindikasi korupsi dan menjadi musuh besar pejabat negara yang doyan duit rakyat.
Prof. Dr. Emil Salim
Beliau adalah sosok pejabat negara yang bersih dari serbuk-serbuk korupsi. Betapa tidak, beliau telah tiga kali menjabat sebagai menteri. Yang pertama sebagai menteri perhubungan, kemudian menteri negara pengawasan pembangunan dan lingkungan hidup (PPLH) dan yang ketiga, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH). Meski gajinya selangit, tak pernah sedikitpun beliau hidup berfoya-foya. Bahkan untuk soal tempat tinggal pun ia lebih memilih tinggal di rumah dinas saja. Ia hanya fokus untuk mengemban tugas yang dipercayakan negara kepadanya dengan sebaik-baiknya.
Dulu ketika masih kuliah Emil Salim memang punya sebuah rumah, tapi rumah itu dikontrakkan dan uangnya ditabung. Rupa-rupanya kemenakan H. Agus Salim ini punya visi kedepan. Ini bisa dilihat dari perjuangannya dalam meniti pendidkan hingga bergelar professor. Ketika tak lagi aktif menjabat menteri, beliau tak lagi tinggal di rumah dinas dan merasa perlu untuk memiliki sebuah rumah.
Menurut Emil Salim, rumah baru itu adalah tempat bernaung bagi ia dan sang istri sedangkan putri-putrinya sudah dibawa oleh suami mereka masing-masing. Emil salim adalah orang yang bersahaja, bahkan beliau tak hidup mewah. Ini bisa kita ketahui dari pengakuan orang-orang yang dekat dengan beliau. Menurut salah satu sahabatnya, Emil Salim tak memiliki perabotan rumah yang bisa disebut layak, bahkan dikatakan bahwa ia kesulitan untuk membeli sebuah ranjang.
Emil mengaku bahwa saat ini untuk menunjang kehidupannya Ia hanya mengandalkan penghasilan dari rumah kontrakan. Gaya hidup sederhana dan lurus yang dijalani Emil Salim membuat banyak pihak memujinya. Salah satu pejabat negara mengatakan bahwa emil salim adalah pejabat negara yang bersih dan tidak menyukai gelimang uang.
Mar’ie Muhammad
Tokoh anti korupsi berikutnya dalam daftar kita adalah Mar’ie Muhammad yang juga disebut bersih dari kasus korupsi. Gaya hidup sederhana dari sang menteri tercermin dari cara ia berpakaian, busana kerja yang dipakainya hanya safari dan ketika sedang santai di rumah lebih sering mengenakan sarung saja. Tak hanya dirinya saja, ia menanamkan pola hidup sederhana ke semua orang yang dikenalnya.
Ia bahkan berkata pada anaknya bahwa materi itu bukan tujuan hidup yang utama. Materi yang berlimpah hanya berfungsi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Dengan sikapnya ini, ia melarang anak-anaknya untuk bepergian memakai mobil baik ke sekolah maupun ke banyak tempat yang lain. Daripada hidup boros, Marie Muhammad lebih memilih untuk mengajak umroh anggota keluarganya ke tanah suci. Setuju kan?
Saking tegas dan lurusnya dalam bersikap, rancangan anggaran di instansi yang beliau pimpin, yang menurutnya terlampau berlebihan pun ditolaknya. Khususnya besaran anggaran dinas dan biaya taktis lainnya. ketimbang menggelontorkan dana untuk urusan gak karuan, Mar’ie Muhammad lebih mengutamakan efisiensi dan perbaikan keuangan di instansi yang ia pimpin. Karena upayanya ini ia mendapat julukan, Mr. Clean.
Satrio Budiharjo Joedono
Salut untuk Satrio Budiharjo Joedono, beliau adalah pejabat negara anti korupsi yang hidup sederhana. Kegemaran beliau adalah mengoleksi lukisan antik dan guci keramik. Tapi jangan berpikir semua itu ia beli dengan uang negara, itu semua adalah hasil dibeli secara kredit. Ia mengaku tak mampu untuk membayar cash koleksi-koleksi berharga itu.
Soal tempat tinggal pun tak jauh berbeda. Semasa tinggal di rumah dinas para menteri, ketika anda masuk ke ruang tamu tak sedikit pun aroma mewah terlihat di seantero ruangan. Semua begitu sederhana. Soal alat transportasi, Satrio mengaku bahwa ia hanya punya satu mobil saja, itu pun mobil tua sementara dua mobil lainnya yang terlihat nongkrong di garasi rumah adalah mobil milik BPPT dan kendaraan dinas menteri.
Terkadang filosofi hidup Satrio Budiharjo Joedono agak merisaukan orang-orang di sekitarnya. Pejabat yang akrab dipanggil Billy ini memiliki sebuah tas kerja berwarna cokelat yang sudah agak usang. Karena dianggap sudah terlalu lusuh, staff di kementrian memberinya sebuah tas baru ketika ia akan pergi ke istana negara. Satrio Budiharjo Joedono adalah orang yang cermat dan selalu mengecek dokumen yang disodorkan kepadanya untuk ditandatangani. Baginya fakta adalah fakta dan kejujuran adalah kejujuran, tak lebih dan tak kurang. Itulah prinsip hidup yang diembannya.
Ir. Sarwono Kusumaatmadja
Tokoh anti korupsi terakhir dalam daftar kita kali ini adalah Ir. Sarwono Kusumaatmadja. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup. Ia menilai kesederhanaan hidup di atas segala-galanya. Dengan hidup sederhana, semua orang akan terbebas dari perilaku konsumtif yang cenderung memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu diluar kendali mereka, padahal sikap ini merugikan orang itu sendiri.
Sarwono menilai korupsi sebagai perilaku memaksakan diri untuk mencukupi hal-hal di luar kesanggupan keuangan keluarga. Untuk menghindari pemborosan ia selalu menekankan untuk tidak membeli barang-barang yang tak begitu bermanfaat dan barang yang dilelang. Sarwono berprinsip bahwa hidup itu lebih mulia jika bisa memberi dan ia mentaati pesan orang tuanya untuk tidak hidup di atas derita pihak tertentu. Menurut Sarwono, kendati ia tak 100% bersih dari perilaku korupsi, ia merasa berutung tidak hidup dengn perilaku itu.
Selaku seseorang yang memangku jabatan menteri, tentu ada beberapa pihak yang menyodorinya barang berharga. Tapi semua itu ditolaknya dengan tegas. Pernah ada yang memberinya hadiah cek berangka besar, tapi dengan kesadaran tinggi beliau menolaknya.
Uang dan godaan duniawi tak lantas membuat para tokoh anti korupsi ini terbenam dalam kemewahan. Mereka tak mementingkan semua itu. Bagi mereka tugas yang diemban adalah amanat dari tuhan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.