Filosofi Semar Figur Sentral

5 Filosofi Semar dalam Kebudayaan Jawa yang Wajib Kamu Tahu

Kebudayaan Jawa memang kaya akan filosofi dan makna. Salah satu etnis paling besar di Indonesia, menunjukkan kalau tradisi leluhur memang sudah sepantasnya diteruskan. Termasuk dalam pagelaran wayang, di mana di dalamnya terdapat filosofi Semar yang bisa kita ambil hikmahnya.

Semar dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, figur sentral yang mampu mencairkan suasana, serta beberapa aksen fisik dan penampilan yang khas. Dari tokoh pewayangan ini, banyak hal yang bisa kita pelajari. Yakni tentang kehidupan, bagaimana mengambil keputusan, dan kepemimpinan.

Kira-kira, filosofi Semar apa saja yang bisa kita ambil hikmahnya? Cek yuk, ulasannya!

1. Figur Sentral yang Serius Tapi Santai

Filosofi Semar Figur Sentral
Filosofi Semar Figur Sentral via javanesepuppet.blogspot.co.id

Figur publik yang saat ini kita lihat, seakan memiliki banyak topeng untuk menutupi itikadnya. Hanya sedikit figur yang mau jujur dan bilang apa adanya, sesuai dengan isi hati dan nuraninya. Namun, itulah politik. Banyak permainan yang tidak kasat mata dengan beragam niat baik dan buruknya.

Semar, dalam pewayangan, memiliki kharisma sebagai fitur sentral yang serius tapi santai. Beliau mampu mengkoordinasikan seluruh pasukan untuk berada di jalan yang telah ditentukan. Setiap kali menginstruksikan, berdiskusi, atau ngobrol, kesan serius tapi santai tetap diterapkan.

2. Dakwah Cerdas Lewat Keteladanan

Filosofi Semar Dakwah Cerdas
Filosofi Semar Dakwah Cerdas via patribumi.wordpress.com

Dalam pewayangan Jawa, Semar didaulat sebagai pelopor dakwah. Banyak yang bilang, ini ada kaitannya dengan Sunan Kalijaga yang kala itu menjadikan wayang sebagai media dakwah. Namun, terlepas dari ada kaitannya atau tidak, yang jelas tokoh Semar begitu melekat di telinga kita.

Semar memiliki misi untuk membangun dan melaksanakan perintah Allah. Dengan misi itu, Semar harus mampu menggerakkan seluruh umatnya untuk bersikeras beribadah pada Yang Maha Kuasa. Dan, dakwahnya bukan dalam bentuk “menasehati”, tapi memberi teladan/contoh.

3. Fisik yang Mewakilkan Kepribadian

Filosofi Semar Fisik
Filosofi Semar Fisik via devianart.net

Banyak yang mengira, kalau tokoh Semar adalah laki-laki. Hal ini kurang tepat, karena Semar bukanlah laki-laki, dan juga bukan perempuan. Di dadanya, Semar juga punya payudara seperti kebanyakan tokoh pewayangan wanita. Namun suaranya, Semar lebih condong ke tokoh pria.

Tapi yang jelas, dari fisiknya, terdapat kedua tangan yang berbeda. Tangan kanan selalu menunjuk ke atas, berarti selalu ingat dan bertaqwa pada Allah. Sedangkan tangan kiri, selalu diletakkan di atas pinggang belakang, berarti selalu mengikhlaskan dan berserah diri pada Allah.

4. Penampilan yang Kaya Makna

Filosofi Semar Penampilan
Filosofi Semar Penampilan via wallpaperswide.com

Dalam pagelaran wayang, Semar selalu mengenakan batik. Batik ini memiliki motif yang dinamakan batik Parangkusumo. Batik Parangkusumo ini memiliki makna sebagai hamemayu hayuning bawana. Kalau kamu ingin tahu lebih dalam, silakan baca artikel tentang Filosofi Batik.

Sekedar informasi, hamemayu hayuning bawana berarti memperindah keindahan dunia. Lebih jelasnya, kita sebagai manusia hendaklah merawat dunia beserta isinya. Berbaur dengan masyarakat, membangun sama-sama, dan mewujudkan cita-cita yang mulia.

5. Senang Bergaul dan Tidak Pilih Kasih

Filosofi Semar Senang Bergaul
Filosofi Semar Senang Bergaul via tirtagallery.com

Salah satu filosofi Semar yang nampaknya sudah banyak yang meninggalkannya. Sebagian kalangan lebih memilih untuk hanya berbaur dengan beberapa kalangan saja. Hal ini sudah dinamakan sebagai pilih kasih dan sudah pasti buruk untuk kedepannya.

Semar, dalam kisahnya, selalu berbaur dengan siapa saja. Baik dari kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Beliau menyadari, kalau kita membatasi diri, maka kemampuan dan kapasitas kita juga terbatas. Dengan berbaur, kita akan lebih luas dalam memandang dunia.

Nah, sederet filosofi Semar tadi, akan sangat berharga di kehidupan nanti. Kita sebagai manusia sosial, wajib menerapkan norma dan ketentuan yang berlaku. Bersikap sopan, santun, serta mudah membaur, jadi modal utama untuk ikut terjun dalam masyarakat baik di kota maupun di desa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

11 − 8 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.