filosofi kelinci

5 Filosofi Kelinci yang Bakal Membuatmu Lebih Mampu Mengolah Hati

Filosofi kelinci mungkin akan terdengar lucu bagi sebagian besar orang yang belum mengetahuinya. Sebab, kelinci hanyalah sebatas hewan peliharaan yang lucu dan imut serta tidak memiliki sifat yang keras sedikitpun. Bagaimana mungkin akan mengajarkan kita soal bagaimana menahan gempuran dari kerasnya hidup? Awalnya mungkin pertanyaan tersebut ada benarnya, tetapi sekarang cobalah untuk sadar bahwa apapun makhluk di dunia pasti ada filosofi mendalam di baliknya.

Termasuk juga filosofi kelinci yang tak banyak orang mau dan bisa mengerti. Kelinci yang tiap hari jadi peliharaan lucu dan tidak pernah terpikirkan ada hal berat yakni filosofi di balik perangai yang imut itu. Kadang pula orang-orang gemar menyulapnya jadi makanan lezat dalam sajian sate kelinci. Sebagian lebih senang merawatnya, ada sebagian lagi yang lebih senang menjadikan kelinci sebagai objek bisnis yang menggiurkan. Semua sah-sah saja asal tidak ada maksud kejahatan semata.

Nah, dari pembukaan ngalor-ngidul kita tadi, pernah nggak sih kamu terpikirkan sebuah makna besar dan penuh pelajaran dari sosok kelinci ini? Apakah hanya sebatas lambang playboy? Atau, kamu masih yakin bahwa terdapat filosofi kelinci yang bakal membuat hati ini lebih tangguh dan pantang menyerah ketika dihadapkan dengan persoalan hidup nanti? Jawabannya ada di sederet ulasan berikut ini. Cek yuk!

1. Filosofi kelinci: Telinga panjang jadi bukti kelinci lebih banyak mendengar

filosofi kelinci
via images.google.com

Sudah berapa kali nasihat untuk lebih banyak mendengar kamu dapatkan hingga hari ini? Sudah berapa kali kamu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Terlepas dari apapun jawabannya nanti, yang jelas kini kamu harus teliti lagi. Bahwa telinga panjang kelinci ditakdirkan untuk membuatnya lebih banyak mendengar, lebih banyak mengamati. Bentuk kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar, termasuk permasalahan berupa predator yang bakal menangkapnya nanti. Teruslah mendengar, jangan pernah berhenti.

2. Lebar matanya jadi bukti kelinci ahli mengamati

filosofi kelinci
via images.google.com

Kalau diperhatikan, mata kelinci terbentuk begitu lebar dengan keunikannya sendiri. Mata kelinci yang lebar bukanlah tanpa alasan yang hambar. Melainkan, kemampuannya untuk mengamati lingkungan sekitar termasuk segala hal tentang persoalan. Mengamati menjadi hal penting yang harus kita pelajari. Mengamati bukan sekadar melihat peristiwa atau kejadian sepele di depan mata. Tetapi mengamati dengan perasaan dan hati nurani, menerka apa maksud orang melakukan hal itu di depan mata ini.

3. Kelinci tak memakan daging, ia tak tega memakan sejenisnya sendiri

filosofi kelinci
via images.google.com

Makna yang dalam kembali dibuktikan pada filosofi kelinci. Kelinci yang tak memakan daging, membuktikan bahwa ia memang tak tega memakan sejenisnya sendiri. Mengorbankan teman hanya untuk kepuasan sesaat dan untuk diri sendiri. Apa itu yang disebut kawan? Banyak persoalan dan paling gencar ialah soal tikung-menikung. Sudahlah, kawan. Apabila suka maka bilanglah dari awal, jangan menusuk dari belakang saat cinta sudah tak bisa dibendung oleh logika.

4. Kelinci ialah binatang malam yang jauh dari kata ketakutan

filosofi kelinci
via images.google.com

Kamu tau sendiri bahwa kelinci sama sekali tak ada rasa takut dalam hati. Binatang malam yang terus-terusan mencari penghidupan meski harus bergelut dengan kegelapan. Hal ini jadi bukti bahwa kelinci sama sekali tidak takut saat menghadapi persoalan di depan mata. Mereka senantiasa bertanggung jawab untuk menuntaskannya secara dewasa. Bukan hanya lari dari masalah dan membiarkannya membesar dan ditangani oleh orang lain, kelinci justru berani menghadapi sendiri.

5. Saat bahaya datang, kelinci selalu gesit dan lincah dalam meloloskan diri

filosofi kelinci
via images.google.com

Filosofi kelinci paling akhir namun tak selamanya yang terakhir, ialah sikap gesit dan lincah. Kelinci senantiasa waspada lewat telinga dan mata, lalu merespon lingkungan di sekitarnya, menghadapi kegelapan, kemudian mencoba secepat mungkin meloloskan diri apabila ada bahaya sedang mewanti-wanti. Hal ini membuktikan kepada kita bahwa sikap berkamuflase atau cepat beradaptasi dengan perubahan merupakan sebuah keharusan apabila kita ingin bertahan dalam dinamika sosial.

Nah, itu dia tadi sekilas tentang filosofi kelinci. Semoga apa yang telah disampaikan bakal masuk ke hati. Syukur kemudian apabila diterapkan untuk menambah kualitas hidup dan olah hati. Syukur lagi jika kemudian kamu membagikan artikel ini kepada teman-teman yang berada jauh di sana atau mereka yang sedang ada di sisi. Apapun itu, selamat menikmati dan semoga bermanfaat buatmu nanti. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya, ya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × two =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.